BAB 4-5 ANALISIS DAN KESIMPULAN Jurnal CLOUD COMPUTING MENGGUNAKAN AMAZON WEB SERVICES (AWS) DAN TEKNOLOGI GOOGLE APP ENGINE (GAE)
4 ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI KOMPUTASI AWAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GOOGLE APP ENGINE (GAE) DAN AMAZON WEB SERVICES (AWS)
Pada dasarnya, layanan komputasi awan yang diberikan oleh baik Google maupun Amazon memiliki banyak kesamaan. Baik Google maupun Amazon menawarkan penggunaan fasilitas komputasi awan kepada pengguna berdasarkan waktu kerja CPU, bandwith, serta berdasarkan ruang penyimpanan yang diperlukan oleh aplikasi pengguna. Perbedaannya yang berkaitan dengan penggunaan awalnya adalah bahwa Google App Engine (hingga penggunaan waktu kerja CPU sebesar 6,5 jam/hari) tidak mensyaratkan akun khusus (yang berbayar) untuk uji-coba, sementara Amazon EC2 (meskipun juga tidak mensyaratkan pengguna membayar uang sejumlah tertentu pada penggunaan uji coba) mensyaratkan akun khusus dengan harus menyebutkan cara pembayarannya. Dari sudutpandang penggunaan ruang tempat penyimpanan, Google juga lebih murah hati dibandingkan dengan Amazon S3. Penggunaan ruang sampai 1 GB/bulan di Google masih gratis (meskipun di atas itu pengguna harus membayar sejumlah US$ tertentu). Bagaimana pun juga ini masih lebih baik daripada Amazon S3 yang mensyaratkan penggunaan kartu kredit sejak awal penggunaan ruang.
Dari sudut pengembangan aplikasi, Google App Engine mensyaratkan pemahaman bahasa pemrograman Java dan Phyton, sementara Amazon lebih menekankan pada penggunaan bahasa pemrograman PHP dan Ruby (walaupun penggunaan Java secara relatif terbatas juga didukung). Dalam hal ini, mungkin ini salah satu kelemahan dari Google App Engine, yaitu bahwa struktur internal Google lebih banyak dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Phyton dengan platform Django (yang saat relatif kurang populer), sehingga agak membatasi pengguna yang menginginkan akses lebih besar terhadap sistem dan yang mengembangkan aplikasinya menggunakan bahasa-bahasa pemrograman lain, seperti Java, bahasa-bahasa pemrograman dalam keluarga .NET, PHP, dan sebagainya. Dari sudutpandang implementasi sistem basis data, aplikasi-aplikasi Google App Engine tidak memungkinkan pengguna untuk terlalu banyak melakukan kendali atas sistem basis data (sebagian besar kendali atas basis data non-relasional yang digunakan Google App Engine ditangani langsung bukan oleh pengguna melainkan oleh sistem), sementara pada Amazon Web Service, kita lebih mampu mengendalikan sistem basis data apa yang akan pengguna gunakan serta bagaimana caranya menanganinya (dalam hal terakhir ini, jika kita mau, kita bisa menggunakan SimpleDB yang lebih memungkinkan pengguna untuk mengendalikan sistem).
5 KESIMPULAN
Sudah kita lihat di atas bahwa komputasi awan (cloud computing) merupakan sarana pengembangan aplikasi yang sangat penting di masa yang akan datang, karena menggunakan komputasi awan ini pengguna tidak perlu lagi memikirkan infrastruktur yang mendasari suatu aplikasi yang biasanya memerlukan investasi dalam bentuk dana yang sangat besar. Selain itu, dari sudutpandang pengguna, komputasi awan memungkinkan pengguna mengembangkan aplikasi secara terintegrasi mulai dari perancangan sistem, perancangan antarmuka pengguna (user interface), perancangan basis data, pemrograman, dan hal hal-hal yang bersifat teknis lainnya. Selanjutnya, jika kita melihat pembahasan sebelumnya ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan berkaitan dengan implementasi Google App Engine (GAE) dan Amazon Web Service (AWS).Kesimpulan yang dibuat secara umum itu adalah sebagai berikut
5.1 GOOGLE APP ENGINE (GAE)
Kelebihan :
• Aplikasi dapat dengan mudah dan cepat dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Java dan/atau Phyton dan tidak memerlukan usaha pemeliharaan yang ekstra sulit.
• Biaya penggunaan relatif murah (bahkan gratis untuk aplikasi-aplikasi kecil) dan, jika kuota lebih diinginkan, penambahan kuota dapat dilakukan dengan cara yang sangat masuk akal.
Kekurangan :
• Aplikasi-aplikasi tertentu, terutama yang memerlukan akses penuh ke sistem yang mendasari, relatif sukar untuk dikembangkan.
• Sistem yang terkendali penuh tidak memungkinkan pustaka-pustaka (library) dan framework-framework tertentu digunakan oleh aplikasi-aplikasi GAE.
• Tidak mendukung penggunaan sistem basis data relasional.
5.2 Amazon Web Services (AWS)
Kelebihan :
• Aplikasi-aplikasi AWS yang ditulis menggunakan bahasa-bahasa pemrograman PHP, Ruby, serta Java, dapat dikembangkan dengan cara yang sangat fleksibel karena pengguna memiliki kendali penuh pada sistem yang mendasari.
• Struktur pembiayaan sederhana.
• Bisa menggunakan sistem basis data (relasional maupun non-relasional) apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna.
• Jika pengguna mau, pengguna bisa saja menggunakan/menambahkan server- server yang berada di luar Amazon Web Service
Kekurangan :
• Kurva belajar yang terjal (relatif sulit untuk mempelajari pengembangan aplikasi-aplikasi di atas Amazon Web Service dibandingkan di atas Google App Engine).
• Memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk mengembangkan aplikasi (bahkan untuk aplikasiaplikasi yang relatif sederhana).
Pemilihan organisasi/perusahaan saat akan menggunakan Google App Engine (GAE) atau Amazon Web Service (AWS) sebagai strategi perusahaan untuk mengimplementasikan aplikasi komputasi awannya pada dasarnya sangat bersifat kasuistik. Pemilihan bisa dilakukan berdasarkan sumberdaya manusia yang dimiliki organisasi/perusahaan (terutama ketrampilan teknis para pemrogram komputer yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan) serta jenis aplikasi seperti apa yang akan dikembangkan (apakah menuntut kendali penuh pada sistem yang mendasari atau tidak). Pertimbangan lainnya juga bisa digunakan, yaitu dana investasi. Secara umum, investasi dana yang diperlukan relatif berimbang, tetapi untuk aplikasi-aplikasi 12 yang berukuran relatif kecil, kelihatannya penggunaan Google App Engine lebih ekonomis. Untuk aplikasiaplikasi komputasi awan yang sangat besar dan kompleks, kelihatannya penggunaan Amazon Web Service lebih direkomendasikan karena aplikasi-aplikasi bisa dikembangkan dengan akses penuh ke sistem yang mendasari.
DAFTAR PUSTAKA
• Ahuja, Sanjay, Jee-Lon Yang, 2010. Performance Evaluation of Java Web Service : A Developers Perspective. Communications and Networks, 2010, 2, 200- 206.www.SciRP.org/journal/cn.
• Bar, Jeff, 2010. Host Your Web Site in the Cloud : Amazon Web Service Makes Easy. Amazon Web Service-Site Point Pty Ltd., Seattle-USA. www.sitepoint.com.
• Blokdijk, Gerrard, 2008. SaaS Success Secrets. www.ebooke.org.
• Chappell, David, 2008. Introducing The Azure Services Platform : An Early Look at Windows Azure, .NET Services, SQL Services, and Live Services. Microsoft Corp. and David Chappell Associates, San Fransisco-California-USA. www.davidchappell.com.
• Ciurrana, Eugene. Developing with Google Apps Engine. Apress. www.apress.com. • Habeb, Mocky, 2011. A Developers Guide to Amazon SimpleDB. Addison Wesley- Pearson Education, Boston-USA.
• Hansen, Mark D., 2007. SOA Using Java Web Services. Pearson Education, Inc., Upper-Saddle River-New York.
• Hinchcliffe, Dion. Comparing Amazons and Googles Platform as Service (PaaS). www.zdnet.com.
• Teknik pengembangan klien Java untuk Amazon EC2. http://java.sun.com/ developer/technicalArticles/WebServices/amazonws/.
• Nugroho, Adi, 2010. Peran Teknologi Komputasi Awan (Cloud Computing) Dalam Pemeliharaan dan Pemulihan Data Kependudukan Pasca Bencana. Dipresentasikan di SNASTI (Seminar Nasional Teknologi Informasi) di STIKOM Surabaya.
• Rees, George, 2009. Cloud Application Architectures. OReilly Media Inc., Sebastopol-USA
• Valdes, Ray, 2008. Google Goes Up Againts Amazon Web Services. Gartner Inc., Stamford-USA.
Pada dasarnya, layanan komputasi awan yang diberikan oleh baik Google maupun Amazon memiliki banyak kesamaan. Baik Google maupun Amazon menawarkan penggunaan fasilitas komputasi awan kepada pengguna berdasarkan waktu kerja CPU, bandwith, serta berdasarkan ruang penyimpanan yang diperlukan oleh aplikasi pengguna. Perbedaannya yang berkaitan dengan penggunaan awalnya adalah bahwa Google App Engine (hingga penggunaan waktu kerja CPU sebesar 6,5 jam/hari) tidak mensyaratkan akun khusus (yang berbayar) untuk uji-coba, sementara Amazon EC2 (meskipun juga tidak mensyaratkan pengguna membayar uang sejumlah tertentu pada penggunaan uji coba) mensyaratkan akun khusus dengan harus menyebutkan cara pembayarannya. Dari sudutpandang penggunaan ruang tempat penyimpanan, Google juga lebih murah hati dibandingkan dengan Amazon S3. Penggunaan ruang sampai 1 GB/bulan di Google masih gratis (meskipun di atas itu pengguna harus membayar sejumlah US$ tertentu). Bagaimana pun juga ini masih lebih baik daripada Amazon S3 yang mensyaratkan penggunaan kartu kredit sejak awal penggunaan ruang.
Dari sudut pengembangan aplikasi, Google App Engine mensyaratkan pemahaman bahasa pemrograman Java dan Phyton, sementara Amazon lebih menekankan pada penggunaan bahasa pemrograman PHP dan Ruby (walaupun penggunaan Java secara relatif terbatas juga didukung). Dalam hal ini, mungkin ini salah satu kelemahan dari Google App Engine, yaitu bahwa struktur internal Google lebih banyak dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Phyton dengan platform Django (yang saat relatif kurang populer), sehingga agak membatasi pengguna yang menginginkan akses lebih besar terhadap sistem dan yang mengembangkan aplikasinya menggunakan bahasa-bahasa pemrograman lain, seperti Java, bahasa-bahasa pemrograman dalam keluarga .NET, PHP, dan sebagainya. Dari sudutpandang implementasi sistem basis data, aplikasi-aplikasi Google App Engine tidak memungkinkan pengguna untuk terlalu banyak melakukan kendali atas sistem basis data (sebagian besar kendali atas basis data non-relasional yang digunakan Google App Engine ditangani langsung bukan oleh pengguna melainkan oleh sistem), sementara pada Amazon Web Service, kita lebih mampu mengendalikan sistem basis data apa yang akan pengguna gunakan serta bagaimana caranya menanganinya (dalam hal terakhir ini, jika kita mau, kita bisa menggunakan SimpleDB yang lebih memungkinkan pengguna untuk mengendalikan sistem).
Figure 5: Perbandingan Implementasi Menggunakan Amazon Web Service (kiri) dan Google App Engine
Dari sudutpandang kemudahan pengembangan aplikasi (termasuk melakukan deploy aplikasi) yang
memakan waktu sekitar 30-35% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus pengembangan sistem (SDLC-System Development Life Cycle), aplikasi Google App Engine (GAE) relatif lebih
mudah dikembangkan daripada pengembangan aplikasi Amazon Web Service (AWS), karena Google menyediakan beragam SDK (Standard Development Kit) untuk Windows, Mac, Linux, dan sebagainya. Juga, di
sudut aplikasi klien, Google App Engine (GAE) bisa dikembangkan menggunakan kakas-kakas (tool) yang
relatif lebih mudah (misalnya GWT [Google Web Toolkit] untuk pengembangan aplikasi-aplikasi Web
dalam konteks komputasi awan) dibandingkan dengan Amazon Web Service (AWS) yang kode-kodenya
lebih sulit dan hanya dikembangkan di komunitas- komunitas pengembang aplikasi-aplikasi Amazon Web Service (AWS) tertentu. Konsekuensinya, karena Google App Engine lebih mudah dikembangkan, maka
pemeliharaannya juga lebih mudah dilakukan. Meski demikian, karena pengembangan aplikasi Google App
Engine lebih mudah dilakukan, dimana hal ini lebih disebabkan oleh banyaknya campur-tangan sistem yang
disediakan Google, kendali pengguna pada aplikasi Google App Engine kurang maksimal dibandingkan
kendali pengguna pada Amazon Web Service. Dalam hal pengembangan aplikasi ini, Amazon Web Service
memiliki keunggulan dibandingkan Google App Engine, dimana pada yang terdahulu kreativitas pengguna
sama sekali tidak terbatas (bahkan hingga pada pengendalian atas sistem yang mendasari) dibandingkan
yang terakhir yang - karena kendali pengguna atas aplikasinya relatif rendah- kreativitas pengguna relatif
menjadi agak terbatas.
Dari sudutpandang teknologi kita memang tidak bisa mengetahui secara mendalam dan rinci teknologi
apa yang sebenarnya diimplementasikan oleh baik Google maupun Amazon. Meski demikian, jika kita
meminjam prinsip teknologi pengujian kotak hitam (black box), yaitu berdasarkan apa yang tampak di luar,
kelihatannya Google sedikit lebih unggul. Sebagai contoh, Google dapat menerima permintaan (request)
akan aplikasi dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan Amazon (6,5 jam-penggunaan CPU/hari dan
1,3 juta permintaan/hari pada Google App Engine dan pada Amazon Web Service parameter-parameter itu
bergantung pada jumlah dana yang organisasi/perusahaan investasikan). Demikian juga dengan kemampuan
menangani data masuk/data keluar, dimana server-server Google memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dibandingkan server-server Amazon Web Service (outgoing bandwth dan incoming bandwith pada Google
adalah sebesar 1 GigaByte/hari dan pada Amazon 1 GigaByte/bulan). Juga, yang penting bagi pengguna
awal, Google menyediakan tempat penyimpanan data sebesar 1 Gigabyte/bulan secara cuma-cuma sementara Amazon mensyaratkan investasi dalam bentuk dana sebesar US$ tertentu (setidaknya dalam bentuk
pemberian nomor akun untuk kartu kredit tertentu), berapa pun besarnya tempat penyimpanan data yang
digunakan.
5 KESIMPULAN
Sudah kita lihat di atas bahwa komputasi awan (cloud computing) merupakan sarana pengembangan aplikasi yang sangat penting di masa yang akan datang, karena menggunakan komputasi awan ini pengguna tidak perlu lagi memikirkan infrastruktur yang mendasari suatu aplikasi yang biasanya memerlukan investasi dalam bentuk dana yang sangat besar. Selain itu, dari sudutpandang pengguna, komputasi awan memungkinkan pengguna mengembangkan aplikasi secara terintegrasi mulai dari perancangan sistem, perancangan antarmuka pengguna (user interface), perancangan basis data, pemrograman, dan hal hal-hal yang bersifat teknis lainnya. Selanjutnya, jika kita melihat pembahasan sebelumnya ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan berkaitan dengan implementasi Google App Engine (GAE) dan Amazon Web Service (AWS).Kesimpulan yang dibuat secara umum itu adalah sebagai berikut
5.1 GOOGLE APP ENGINE (GAE)
Kelebihan :
• Aplikasi dapat dengan mudah dan cepat dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Java dan/atau Phyton dan tidak memerlukan usaha pemeliharaan yang ekstra sulit.
• Biaya penggunaan relatif murah (bahkan gratis untuk aplikasi-aplikasi kecil) dan, jika kuota lebih diinginkan, penambahan kuota dapat dilakukan dengan cara yang sangat masuk akal.
Kekurangan :
• Aplikasi-aplikasi tertentu, terutama yang memerlukan akses penuh ke sistem yang mendasari, relatif sukar untuk dikembangkan.
• Sistem yang terkendali penuh tidak memungkinkan pustaka-pustaka (library) dan framework-framework tertentu digunakan oleh aplikasi-aplikasi GAE.
• Tidak mendukung penggunaan sistem basis data relasional.
5.2 Amazon Web Services (AWS)
Kelebihan :
• Aplikasi-aplikasi AWS yang ditulis menggunakan bahasa-bahasa pemrograman PHP, Ruby, serta Java, dapat dikembangkan dengan cara yang sangat fleksibel karena pengguna memiliki kendali penuh pada sistem yang mendasari.
• Struktur pembiayaan sederhana.
• Bisa menggunakan sistem basis data (relasional maupun non-relasional) apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna.
• Jika pengguna mau, pengguna bisa saja menggunakan/menambahkan server- server yang berada di luar Amazon Web Service
Kekurangan :
• Kurva belajar yang terjal (relatif sulit untuk mempelajari pengembangan aplikasi-aplikasi di atas Amazon Web Service dibandingkan di atas Google App Engine).
• Memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk mengembangkan aplikasi (bahkan untuk aplikasiaplikasi yang relatif sederhana).
Pemilihan organisasi/perusahaan saat akan menggunakan Google App Engine (GAE) atau Amazon Web Service (AWS) sebagai strategi perusahaan untuk mengimplementasikan aplikasi komputasi awannya pada dasarnya sangat bersifat kasuistik. Pemilihan bisa dilakukan berdasarkan sumberdaya manusia yang dimiliki organisasi/perusahaan (terutama ketrampilan teknis para pemrogram komputer yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan) serta jenis aplikasi seperti apa yang akan dikembangkan (apakah menuntut kendali penuh pada sistem yang mendasari atau tidak). Pertimbangan lainnya juga bisa digunakan, yaitu dana investasi. Secara umum, investasi dana yang diperlukan relatif berimbang, tetapi untuk aplikasi-aplikasi 12 yang berukuran relatif kecil, kelihatannya penggunaan Google App Engine lebih ekonomis. Untuk aplikasiaplikasi komputasi awan yang sangat besar dan kompleks, kelihatannya penggunaan Amazon Web Service lebih direkomendasikan karena aplikasi-aplikasi bisa dikembangkan dengan akses penuh ke sistem yang mendasari.
DAFTAR PUSTAKA
• Ahuja, Sanjay, Jee-Lon Yang, 2010. Performance Evaluation of Java Web Service : A Developers Perspective. Communications and Networks, 2010, 2, 200- 206.www.SciRP.org/journal/cn.
• Bar, Jeff, 2010. Host Your Web Site in the Cloud : Amazon Web Service Makes Easy. Amazon Web Service-Site Point Pty Ltd., Seattle-USA. www.sitepoint.com.
• Blokdijk, Gerrard, 2008. SaaS Success Secrets. www.ebooke.org.
• Chappell, David, 2008. Introducing The Azure Services Platform : An Early Look at Windows Azure, .NET Services, SQL Services, and Live Services. Microsoft Corp. and David Chappell Associates, San Fransisco-California-USA. www.davidchappell.com.
• Ciurrana, Eugene. Developing with Google Apps Engine. Apress. www.apress.com. • Habeb, Mocky, 2011. A Developers Guide to Amazon SimpleDB. Addison Wesley- Pearson Education, Boston-USA.
• Hansen, Mark D., 2007. SOA Using Java Web Services. Pearson Education, Inc., Upper-Saddle River-New York.
• Hinchcliffe, Dion. Comparing Amazons and Googles Platform as Service (PaaS). www.zdnet.com.
• Teknik pengembangan klien Java untuk Amazon EC2. http://java.sun.com/ developer/technicalArticles/WebServices/amazonws/.
• Nugroho, Adi, 2010. Peran Teknologi Komputasi Awan (Cloud Computing) Dalam Pemeliharaan dan Pemulihan Data Kependudukan Pasca Bencana. Dipresentasikan di SNASTI (Seminar Nasional Teknologi Informasi) di STIKOM Surabaya.
• Rees, George, 2009. Cloud Application Architectures. OReilly Media Inc., Sebastopol-USA
• Valdes, Ray, 2008. Google Goes Up Againts Amazon Web Services. Gartner Inc., Stamford-USA.
Komentar
Posting Komentar